Apa itu Bioremediasi? Berikut Pengertian, Faktor yang Mempengaruhi, Manfaat dan Contohnya

Bioremediasi (Foto: Pixabay/foto rabe)

PARBOABOA – Bioremediasi adalah metode alternatif untuk membersihkan lingkungan dari polutan dan kontaminan dengan menggunakan berbagai jenis organisme hidup.

Metode ini melibatkan penggunaan berbagai mikroba, seperti bakteri, alga, dan fungi. Selama proses bioremediasi berlangsung, mikroorganisme tersebut akan mendegradasi polutan beracun menjadi metabolit yang tidak berbahaya.

Dikutip dari buku yang berjudul Buku Ajar Pengantar Bioremediasi karya Dr. Suharno, M.Si., Dr. Dirk Y.P. Runtuboi, M.Kes., Puguh Sujarta (2023), bioremediasi adalah pemanfaatan organisme tumbuhan, jamur, bakteri untuk membersihkan senyawa pencemar (polutan) dari lingkungan yang tercemar.

Bioremediasi juga dapat dikatakan sebagai penguraian limbah organik atau anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali.

Bioremediasi telah menjadi fokus utama dalam upaya membersihkan pencemaran lingkungan dan memulihkan ekosistem yang terkena dampak polusi.

Dengan menggunakan organisme hidup yang memiliki kemampuan alami untuk menghancurkan atau mengubah polutan, bioremediasi dapat menjadi alternatif yang efektif dan ramah lingkungan.

Lantas, apa yang dimaksud dengan bioremediasi? Berikut ini pembahasan selengkapnya mengenai pengertian, faktor yang mempengaruhi, manfaat, dan contoh bioremediasi. Mari simak penjelasannya!

Pengertian Bioremediasi

Bioremediasi adalah

ketgamb Bioremediasi (Foto: Pixabay/AndreasAux) #end

Secara umum, pengertian bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk membersihkan pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur digunakan dalam bioremediasi untuk menguraikan atau mengubah polutan menjadi bentuk yang lebih aman atau tidak berbahaya.

Pencemaran yang dapat diatasi melalui bioremediasi meliputi limbah industri, limbah pertanian, minyak tumpah, logam berat, senyawa organik berbahaya, dan masih banyak yang lainnya.

Penerapan bioremediasi dapat dilakukan di berbagai lingkungan, termasuk perairan, tanah, dan udara.

Metode bioremediasi dapat berupa in situ, di mana organisme hidup ditempatkan langsung di tempat pencemaran, atau ex situ, di mana polutan diambil dan diolah di tempat terpisah sebelum dikembalikan ke lingkungan.

Keunggulan bioremediasi adalah bahwa metode ini lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan metode pembersihan konvensional yang menggunakan bahan kimia berbahaya.

Bioremediasi juga dapat menjadi alternatif yang lebih ekonomis dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Namun, penting untuk diketahui bahwa bioremediasi bukanlah solusi utama untuk membersihkan semua jenis pencemaran.

Setiap kasus pencemaran membutuhkan pendekatan yang sesuai, dan bioremediasi sering digunakan sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk membersihkan dan merestorasi lingkungan yang tercemar.

Dilansir dari United States Environmental Protection Agency (US EPA), bioremediasi adalah suatu proses alami untuk membersihkan bahan-bahan kimia berbahaya.

Ketika mikroba mendegradasi bahan berbahaya tertentu, akan dihasilkan air dan gas tidak berbahaya seperti CO2.

Faktor yang Mempengaruhi Bioremediasi

Bioremediasi adalah

ketgamb Bioremediasi (Foto: Pixabay/yogendras31) #end

Dikutip dari buku yang berjudul Bioremediasi dan Aplikasinya karya Wignyanto, bioremediasi adalah proses yang bermanfaat bagi lingkungan dilakukan dengan mengikutkan mikroba alami yang menguraikan bahan pencemar sehingga keadaan di tempat bioremediasi akan pulih seperti semula yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan.

Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas dan keberhasilan bioremediasi. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi bioremediasi adalah:

1. Tanah

Kondisi fisik dan kimia tanah juga mempengaruhi bioremediasi. Faktor-faktor seperti pH tanah, tingkat kelembaban, tekstur, struktur, dan kandungan nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas organisme bioremediasi.

Misalnya, beberapa bioremediasi tanah mungkin lebih cocok untuk tanah dengan pH tertentu atau kelembaban yang spesifik. Oleh karena itu, pemantauan dan pengaturan kondisi tanah yang sesuai dapat meningkatkan efektivitas bioremediasi.

2. Nutrisi

Organisme bioremediasi membutuhkan nutrisi untuk bertahan hidup dan melaksanakan fungsi mereka. Ketersediaan nutrisi seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan mineral lainnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas organisme.

Jika nutrisi yang dibutuhkan tidak cukup, bioremediasi mungkin tidak berjalan efektif. Oleh karena itu, perhatian terhadap kondisi nutrisi di lingkungan yang terkontaminasi penting untuk keberhasilan bioremediasi.

3. Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban lingkungan juga memainkan peran penting dalam bioremediasi. mikroorganisme bioremediasi memiliki suhu dan rentang kelembaban tertentu di mana mereka dapat berfungsi optimal.

Variasi suhu yang ekstrem atau kelembaban yang tidak sesuai dapat mempengaruhi aktivitas dan kelangsungan hidup organisme tersebut.

Oleh karena itu, kondisi lingkungan yang sesuai perlu dijaga agar bioremediasi dapat berjalan dengan baik. Suhu dan kelembaban yang optimal untuk biormediasi adalah 30-40 derajat celcius.

4. Oksigen

Oksigen juga mempengaruhi bioremediasi karena dapat mempengaruhi aktivitas enzim yang diperlukan untuk proses degradasi polutan.

Proses bioremediasi memiliki preferensi oksigen tertentu di mana mereka dapat berfungsi optimal. Jika pH tidak sesuai, dapat menghambat aktivitas organisme dan mengurangi efektivitas bioremediasi.

Manfaat Bioremediasi

Bioremediasi adalah

ketgamb Bioremediasi (Foto: Pixabay/denfran) #end

Bioremediasi memiliki sejumlah manfaat yang signifikan dalam membersihkan tanah yang terkontaminasi. Beberapa manfaat utama bioremediasi adalah:

1. Lebih Ramah Lingkungan

Salah satu manfaat utama bioremediasi adalah metode yang ramah lingkungan. Dibandingkan dengan metode remediasi tanah lainnya, seperti penggalian atau pembakaran, bioremediasi mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Proses ini menggunakan organisme hidup yang secara alami yang ada di lingkungan dan memanfaatkannya untuk membersihkan pencemaran lingkungan, tanpa menghasilkan limbah yang berbahaya atau menciptakan dampak lanjutan pada ekosistem.

2. Efektivitas dalam Mendegradasi Polutan

Bioremediasi dapat sangat efektif dalam mendegradasi berbagai jenis polutan. Organisme bioremediasi, seperti bakteri dan jamur, memiliki kemampuan alami untuk menguraikan senyawa berbahaya menjadi bentuk yang lebih sederhana dan tidak berbahaya.

Beberapa organisme bahkan dapat mendegradasi polutan yang sulit diuraikan oleh metode remediasi lainnya, seperti senyawa organik kompleks atau logam berat.

3. Membersihkan Pencemaran Lingkungan

Salah satu manfaat utama bioremediasi adalah kemampuannya untuk membersihkan lingkungan yang tercemar. Organisme yang terlibat dalam bioremediasi dapat mendegradasi atau menyerap polutan, mengubahnya menjadi bentuk yang lebih aman atau bahkan menghilangkannya sepenuhnya.

4. Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Kimia Berbahaya

Metode tradisional pembersihan lingkungan seringkali melibatkan penggunaan berbagai jenis bahan kimia berbahaya.

Sedangkan, bioremediasi mengandalkan organisme hidup yang secara alami dapat mendegradasi polutan, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis yang dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan

Contoh Bioremediasi

Bioremediasi adalah bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk membersihkan pencemaran yang disebabkan oleh beragam aktivitas manusia. Beberapa contoh bioremediasi adalah sebagai berikut:

1. Bioremediasi Minyak Mentah

Organisme hidup seperti bakteri Pseudomonas dan jamur telah digunakan untuk menguraikan minyak mentah yang tumpah di laut atau di tanah.

Bakteri ini mengkonsumsi minyak sebagai sumber makanan dan mengubahnya menjadi zat senyawa yang lebih sederhana.

2. Bioremediasi Logam Berat

Tanaman tertentu, seperti rumput merah (Phragmites australis) dan tanaman kacang-kacangan, digunakan untuk membersihkan tanah yang terkontaminasi oleh logam berat atau senyawa organik.

Tanaman ini memiliki kemampuan menyerap polutan melalui akar mereka, yang kemudian dipecah atau diubah oleh mikroorganisme dalam sistem akar.

3. Bioremediasi Limbah Pertanian

Bioremediasi juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah limbah pertanian. Misalnya, bakteri dan jamur tertentu dapat digunakan untuk mendegradasi limbah organik seperti residu tanaman atau pupuk berlebih, mengurangi dampak negatifnya pada kualitas tanah dan air.

4. Bioremediasi Limbah Petrokimia

Bakteri dan fungi juga digunakan untuk membersihkan limbah petrokimia yaitu seperti bahan bakan diesel dan minyak bakar.

Beberapa bakteri dan fungi memiliki kemampuan untuk mendegradasi senyawa organik kompleks, seperti minyak bumi, pestisida, dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs) menjadi senyawa yang tidak berbahaya.

5. Bioremediasi Limbah Nuklir

Beberapa jenis jamur (fungi) telah diteliti karena kemampuan mereka dalam mendegradasi senyawa organik yang terkait dengan limbah nuklir, seperti senyawa kompleksasi logam.

Misalnya, jamur dari genus Penicillium dan Aspergillus telah diteliti untuk kemampuan mereka dalam mendegradasi senyawa organik kompleks yang mengikat logam berat. Bakteri seperti Deinococcus radiodurans juga digunakan dalam proses pemurnian limbah nuklir.

Bakteri seperti Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan dalam lingkungan radiasi yang ekstrem serta mampu mendegradasi senyawa radioaktif menjadi bentuk yang lebih stabil dan aman.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bioremediasi adalah adalah penggunaan organisme tumbuhan, jamur, bakteri untuk membersihkan senyawa pencemar (polutan) dari lingkungan yang tercemar.

Demikian penjelasan tentang apa itu bioremediasi, lengkap dengan pengertian, faktor, manfaat, dan contohnya. Seiring dengan perkembangan zaman, metode ini terus menjadi bidang penelitian yang menjanjikan untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan.

Editor: Juni
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS