PARBOABOA, Jakarta - Mager (malas kemana-mana/malas bergerak) merupakan istilah yang berkembang saat semua kegiatan dibatasi karena virus Covid-19.
Akibat pembatasan yang sangat lama, mager mulai menjadi gaya hidup bagi sebagian orang. Entah karena terlanjur nyaman, atau mulai terbiasa.
Padahal, gaya hidup kurang aktif/minim gerak ini beresiko buruk bagi kesehatan. Gaya hidup seperti ini dikenal dengan istilah Sedentary Lifestyle.
Sedentary Lifestyle merupakan gaya hidup dengan menghabiskan banyak waktunya untuk duduk atau berbaring dengan sedikit atau tanpa berolahraga.
Wanita mendominasi pria yang menjalani gaya hidup tidak aktif atau miskin gerak ini.
Selain karena peraturan Work From Home, gaya hidup ini juga menjadi budaya pekerja kantoran yang menghabiskan sebagian besar waktunya di meja kerja.
Resiko Sedentary Lifestyle
Aktivitas fisik yang cenderung rendah, bahkan tidak ada sama sekali merupakan ciri utama penganut sedentary lifestyle.
Ketika seseorang kurang bergerak,sesungguhnya beragam penyakit sedang mengintai dan siap menyerang. Melansir Alodokter, ini bahaya sedentary lifestyle bagi kesehatan:
1. Menurunkan imunitas tubuh
Orang yang menjalani Sedentary Lifestyle cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, terutama jika dilakukan dalam jangka waktu lama.
Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya aktivitas fisik selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Akibatnya, orang yang kurang bergerak lebih rentan terkena infeksi dan penyakit.
2. Beresiko obesitas
Minimnya aktif bergerak pelaku sedentary lifestyle mengakibatkan jumlah kalori yang dibakar oleh tubuh pun sedikit.
Selain itu, penumpukan lemak di dalam tubuh juga berpengaruh pada berat badan pelaku gaya hidup ini.
Jika kondisi seperti ini dijalankan dalam kurun waktu yang lama dapat memicu terjadinya obesitas.
Sebuah penelitian memperlihatkan fakta terkait hal ini. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa kebiasaan duduk selama 8 jam atau lebih setiap hari mampu meningkatkan risiko terkena obesitas.
3. Meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2
Penganut sedentary lifestyle rentan terkena diabetes tipe 2. Risikonya bahkan dapat meningkat sampai 112%.
Penyebab utamanya adalah kurangnya melakukan aktivitas fisik sebagai pemicu terjadinya resistensi insulin.
Kondisi tersebut berpotensi terjadinya penumpukan gula di dalam darah yang pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 2 adalah penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dalam tubuh akibat resistensi insulin atau produksi insulin yang tidak adekuat.
Kondisi ini memengaruhi cara tubuh menggunakan gula (glukosa) sebagai sumber energi.
4. Meningkatkan risiko terkena penyakit jantung
Pelaku sedentary lifestyle, berpeluang mengalami risiko terkena penyakit jantung. Pasalnya, tubuh yang kurang bergerak dapat memicu peningkatan tekanan darah dan kolesterol.
Jika terjadi tekanan darah meningkat, pembuluh arteri yang memasok darah ke jantung dapat menyempit atau rusak. Hal ini memicu terjadinya penyakit jantung.
Sementara itu, tingginya kadar kolesterol dalam tubuh bisa menjadi penyebab penyempitan atau pengerasan pembuluh darah atau aterosklerosis, yang juga berkontribusi terhadap penyakit jantung.
5. Meningkatkan risiko terkena gangguan mental
Resiko sedentary lifestyle tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga mengakibatkan pelakunya rentan terhadap gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan.
Hubungan antara sedentary lifestyle dan gangguan mental masih butuh penelitian lebih lanjut.
Namun, diduga bahwa menghabiskan banyak waktu untuk duduk dan berbaring membuat pelakunya jarang keluar rumah dan melakukan aktivitas yang menyenangkan, sehingga lebih mudah merasa tertekan.
Sedentary lifestyle dapat menyebabkan berbagai penyakit yang meningkatkan risiko kematian dini.
Jika kamu cenderung malas beraktivitas, sebaiknya ubah gaya hidup ini segera agar kesehatan tetap terjaga.
Mengubah gaya hidup menjadi lebih aktif memang tidak mudah, tetapi anda bisa dimulai secara perlahan.
Bisa dengan olahraga ringan secara bertahap, lalu tingkatkan intensitas dan durasinya secara perlahan.
Jika anda lebih suka menghabiskan waktu di rumah, ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan selain duduk atau berbaring sepanjang waktu.
Anda bisa membersihkan halaman rumah, merapikan barang-barang yang berantakan, menggosok lantai kamar mandi, atau membersihkan plafon rumah.
Bagi anda yang bekerja yang banyak menghabiskan waktu duduk, cobalah bangkit dari tempat duduk setiap satu jam sekali.
Jika memungkinkan, gunakan tangga untuk naik atau turun kantor. Selain itu, manfaatkan waktu luang untuk berolahraga ringan di kantor meski hanya sebentar.
Editor: Norben Syukur