PARBOABOA, Jakarta - Perang antara Israel dengan Hizbullah kian memanas.
Menyikapi konflik tersebut, beberapa negara mendesak warganya untuk segera meninggalkan Lebanon.
Pemerintahan Arab Saudi misalnya. Pada Minggu, (30/6/2024) pihak kerajaan menyerukan agar warganya yang ada di Lebanon keluar dari daerah tersebut.
"Menyusul perkembangan terkini di Lebanon Selatan," demikian alasan seruan tersebut dikeluarkan melansir Saudi Press Agency.
Dalam seruan sebelumnya, pemerintah melalui kedutaanya di Beirut melarang warga Arab Saudi melakukan perjalanan ke Lebanon.
AS, pada 5 Juni kemarin, melalui kedutaanya juga menyarankan warganya yang berada di Lebanon untuk tidak bepergian ke wilayah sepanjang perbatasan Israel dan Suriah.
Australia tak ketinggalan. Menteri Luar Negeri Kangguru, Penny Wong mendesak warga negaranya di Lebanon untuk segera beranjak selagi penerbangan komersial masih tersedia.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Belanda, melalui akun X miliknya mendesak warganya menghindari bepergian ke Lebanon, sekaligus mendesak mereka yang tinggal di sana untuk meninggalkan wilayah selama penerbangan komersial masih beroperasi.
Lain dengan negara-negara di atas, Duta Besar Rusia untuk Lebanon, Alexander Rudakov lebih kalem. Ia meminta warga negaranya untuk menunggu hingga situasi kembali kondusif.
Menurutnya, situasi saat ini tidak harus membuat panik. Ia menegaskan misi diplomatik terus beroperasi secara normal untuk pengamanan warga.
Negara-negara lain yang mendesak warganya tinggalkan Lebanon serta melarang untuk bepergian ke sana adalah Jerman, Inggris, Irlandia, Yordania Kanada, Makedonia Utara dan Kuwait.
Perang Hizbullah-Israel bermula Ketika keduanya saling balas serangan sejak pecahnya perang Gaza pada Oktober lalu.
Akibat saling serang tersebut, Israel Utara kini jadi serangkaian kota hantu di mana rumah-rumah ditinggalkan dan hutannya hangus akibat rudal Hizbullah.
Sementara itu, beberapa bagian dari Lebanon selatan telah dihantam oleh bom-bom Israel hingga menjadi puing-puing.
Selain itu, puluhan ribu penduduk telah terusir dari rumah-rumah mereka di kedua wilayah tersebut saat ini.
Senior Fellow Carnegie Endowment for International Peace, Aaron David Miller memprediksi, jika ketegangan ini tidak mampu diatasi, Timor Tengah akan mengalami perang regional yang besar, kenaikan harga minyak, dan anjloknya pasar keuangan.
Mewaspadai dan mengantisipasi hal tersebut, diplomat senior AS dan Prancis telah mengunjungi Yerusalem dan Beirut sebagai bagian dari upaya keras mencegah eskalasi yang dapat melibatkan Iran, bersama dengan milisi-milisi sekutunya di Irak, Suriah, dan Yaman, serta AS.
Apalagi Presiden Joe Biden sangat ingin menghindari perang baru yang begitu dekat dengan pemilihan umum pada November.
Walau Washington tidak berkomunikasi secara langsung dengan Hizbullah, pihaknya menggunakan ketua parlemen Lebanon, Nabih Berri sebagai perantara.
Editor: Gregorius Agung