PARBOABOA, Jakarta - Desakan sejumlah organisasi internasional, tampakknya mampu melunakkan perang antara Israel dan Hamas, Palestina.
Baru-baru ini, kedua negara sepakat membebaskan tahanan yang disandera, Israel melepaskan 39 tahanan asal Palestina, sementara Hamas melepaskan 17 tahanan Israel.
Dari total 39 tahanan Palestina yang menghirup udara bebas, dua diantaranya merupakan remaja, yaitu Mohammed Al-Awar dan Abdurahman Al-Zaghal.
Mohammed Al-Awar dibebaskan usai disandera selama 16 bulan oleh Israel.
Namun, ibu Al-Awar mengaku, kebahagiannya belum sempurna karena melihat begitu banyak nyawa yang terbunuh secara membabi buta di Gaza.
Sang ibu berharap, gencatan senjata harus segera dihentikan, sehingga tidak ada lagi darah yang berceceran dan warga bisa hidup nyaman.
Remaja lain yang juga dibebaskan adalah Abdurahman Al-Zaghal. Ia sebelumya harus menjalani perawatan medis di sebuah rumah sakit di Israel.
Al-Zaghal mengalami luka serius setelah ditembak di kepala dan terkena pecahan peluru di bagian bawah tubuhnya pada bulan Agustus.
Menurut pamannya, Kejadian tragis ini terjadi saat ia keluar untuk membeli roti.
Otoritas Israel pada saat itu menyatakan, Al-Zaghal diduga mencoba melemparkan bom molotov ke sebuah pos pemukiman di daerah tersebut.
Namun pada Minggu, (26/11/2023) gambaran optimisme tampak menghampiri, saat Al-Zaghal terlihat melepas gelang elektronik dari kakinya, menandakan bahwa ia telah secara resmi dibebaskan dari tahanan.
Pertukaran Pembebasan Tahanan
Dilepasnya warga kedua negara yang disandera, berawal dari perjanjian antara Israel dengan Hamas untuk melakukan pertukaran pembebasan tahanan.
Dalam Perjanjian yang berlangsung di Qatar, Israel telah menyusun daftar 300 tahanan Palestina, sebagian besar remaja laki-laki yang memenuhi syarat untuk dibebaskan.
Sementara itu, Hamas akan membebaskan 50 sandera Israel, termasuk wanita dan anak-anak.
Hingga saat ini, sekitar 40 sandera Israel bersama dengan 18 warga negara asing telah dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan ini.
Di sisi lain, Hamas menyatakan keinginan mereka untuk memperpanjang perjanjian dan meningkatkan jumlah sandera yang dibebaskan.
Seorang pejabat senior Palestina mengungkapkan, Hamas bersedia memperpanjang jeda dua hingga empat hari, yang berpotensi menghasilkan pembebasan tambahan 20 hingga 40 tahanan Israel.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut kerangka kesepakatan ini sebagai 'hal yang diberkati' dan memberikan isyarat perjanjian tersebut dapat diperpanjang.
Sementara itu, Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman, mengungkapkan syarat perpanjangan tersebut. Ia mengatakan, Hamas perlu membebaskan puluhan sandera yang ditahan di Gaza oleh kelompok lain.