PARBOABOA, Siantar - Kedan, 17 tahun, bukan nama aslinya terkesiap melihat kondisi tubuh gemuk ayah kawan karibnya OAFP tergeletak. Sekujur wajah bengkak berlumuran darah, seperti kena pukul, Sabtu 30 Desember 2023 pagi pekan lalu.
“Saya lihat korban sudah tergeletak. Saya pikir korban masih hidup di situ. Rupanya sudah mati,” ungkapnya mengebu-gebu kepada PARBOABOA, di Jalan Pendeta Wismar Saragih, Gang Masjid, Kamis (4/1/2024).
Ketika momen itu, Kedan melihat OAFP, AJPP, dan satu adik perempuan kawan karibnya. Sang ibu kawan karibnya cuma termangu melihat kondisi mengenaskan Anto Pasaribu.
Pengakuan warga di sana, istri Anto Pasaribu bermarga Sihombing.
“Lalu dipanggillah ambulans. Karena mereka berpikir kalau bapaknya masih hidup dan bisa diselamatkan,” ungkapnya lagi kepada PARBOABOA.
Sebelum kejadian kelam itu, suara gaduh antara Anto Pasaribu dengan istrinya terdengar menyeruak di belakang rumah ayah kawan karibnya, Jumat (29/12/2023) malam.
Kedan mendengarnya saat sedang duduk-duduk santai bersama pemuda lingkungan.
“Kami dengar ada ribut, ternyata korban dan istrinya sedang berantam. Kami dengar suara kalau korban mengancam akan memukuli istrinya, jika tidak menuruti kemauannya. Akan tetapi, kami tidak tahu apa kemauan korban,” ungkapnya.
Beberapa waktu kemudian, OAFP lalu bertandang ke rumah ayahnya berujung terjadi ribut adu mulut.
“Terjadilah ribut dan nyaris pukul-pukulan. Karena korban tidak senang, korban menelepon polisi. Setelah itu keadaan reda, ibu mereka tetap tinggal di rumah itu, sedangkan si pelaku (OAFP) pergi entah ke mana,” ungkapnya kepada PARBOABOA.
Besok paginya, OAFP dan AJPP kembali berkunjung ke rumah ayahnya, Sabtu 30 Desember 2023.
Keduanya bermaksud membawa ibunya keluar rumah meninggalkan ayahnya.
“Karena berjumpa di simpang gang rumah,” ungkap Kedan, tempat kerjanya tidak jauh lokasi rumah ayah kawan karibnya itu.
Mirisnya, kali ini buntut ribut antara kedua anak dan ayah itu berujung melayang nyawa sang ayah.
Ketua RT lingkungan Jalan Pendeta Wismar Saragih, Jangkit Saragih, baru pulang dari pasar sekitar pukul 09.00 WIB pagi.
Mobil ambulans Rumah Sakit Efarina parkir di rumah Anto Pasaribu. Sejurus, sebagai Ketua RT lingkungan di sana. Dia segera singgah ke rumah warganya.
Eh, Jangkit malah kaget menyaksikan OAFP dan AJPP sedang mengangkat tubuh Anto Pasaribu ke mobil ambulans.
“Kedua anaknya saat mengangkat korban ke ambulans. Raut wajah mereka seperti ada penyesalan dan berharap korban masih bisa ditolong,” ungkapnya, Rabu (3/1/2024).
Sementara itu, cerita Kedan soal Anto Pasaribu dan Boru Sihombing memang suka cekcok.
Ketua RT itu bersama warga sekitar Jalan Pendeta Wismar Saragih, Gang Masjid kadung maklum.
“Kami sebagai tetangga, sudah biasa mendengar keributan mereka. Dan tidak mau ikut campur,” ungkap lelaki 61 tahun itu.
Jangkit Saragih sebagai Ketua RT mengetahui suami-istri tersebut sudah berpisah selama tiga tahun. Namun, keduanya tidak bercerai.
Anto tinggal di Pematang Siantar, sedangkan istri bersama OAFP dan AJPP tinggal di Batam.
Meski begitu, dia tidak menyangka nyawa Anto Pasaribu melayang akibat kedua anaknya.
“Kami tidak menyangka akan sejauh ini membuat korban meninggal,” ungkap Jangkit Saragih sembari menghisap rokok keretek dalam-dalam.
Akibat kedua anak tewaskan ayahnya, OAFP dan AJPP menerima ganjaran hukum. Abang beradik itu mendapat ancaman hukuman penjara maksimal 15 tahun.
OAFP 18 tahun bersama AJPP 16 tahun, menyandang status pelaku pembunuhan. OAFP akan menjalankan peradilan dewasa. Adiknya AJPP peradilan anak.
Penyidik di Polres Siantar juga mengamankan barang bukti satu potong celana pendek warna abu-abu.
“Yang terdapat bercak darah,” ungkap Humas Polres Pematang Siantar, Junias B. Simbolon, kepada PARBOABOA Rabu (3/1/2024).
Penyebab Anto Pasaribu Tewas
OAFP dan AJPP memiliki peran masing-masing saat baku pukul dengan Anto Pasaribu, sehingga kedua anak itu tewaskan ayahnya.
Humas Polres Pematang Siantar, Junias B. Simbolon, memerinci peran keduanya sebagai berikut:
Peran OAFP di antaranya meninju bagian belakang kepala korban sebanyak dua kali. Kemudian, OAFP meninju bagian mulut Anto tiga kali, bagian mata sebelah kiri tiga kali, dan bagian kening dua kali.
Belum lagi, OAFP menekan kepala korban menggunakan lutut kaki sebelah kanannya. Selanjutnya, lutut kaki sebelah kanannya menekan ke bagian belakang kepala korban. Wajah korban sehingga membentur lantai.
OAFP kemudian menahan kepala korban menggunakan lutut kaki sebelah kanannya selama kurang lebih sepuluh menit.
Membuat korban, kontan tidak bergerak dan tidak melakukan perlawanan sama sekali.
Sementara itu, AJPP berperan memegang kedua kaki korban dengan cara dipiting, yaitu menggunakan tangannya. Akibatnya, korban tidak bergerak.
Belum lagi, dia meninju bagian wajah korban satu kali. Juga memukul kepala korban dari arah belakang berulang kali.
Motif Pembunuhan
PARBOABOA mengonfirmasi Humas Polres Pematang Siantar, Junias B. Simbolon, menyoal motif pembunuhan Anto Pasaribu.
“Motif sementara untuk kasus ini adalah tidak adanya keharmonisan rumah tangga antara korban (ayah) dengan tersangka (anak),” ungkap Humas Polres Pematang Siantar, Junias B. Simbolon, kepada PARBOABOA, Rabu (3/1/2024).
Anehnya, kepada polisi Boru Sihombing istri Anto Pasaribu tidak menyudutkan suaminya.
Kepala keluarga suka main pukul. Apalagi suka cekcok menjalankan biduk rumah tangga, melainkan rumah tangga suami-istri itu berjalan harmonis.
“Keterangan istri korban selama berada di rumah. Hubungan antara korban dan istrinya harmonis,” ungkap Junias B. Simbolon.
Cerita warga Jalan Pendeta Wismar Saragih, Gang Masjid. Anto Pasaribu memiliki julukan kurang sedap oleh warga lingkungan rumahnya.
Getol alias gemuk tolol. Julukan itu penyebabnya, warga memandang sebagai kepala keluarga suka bersikap temperamental kepada istri dan anak.
“Selama istrinya di rumah beberapa hari itu. Walaupun sudah lama berpisah, tetap ada keributan terdengar ke luar rumah,” ungkap Ketua RT Jangkit Saragih.
“Semasa ibunya korban (neneknya pelaku) masih hidup. Sering juga mendapatkan kekerasan dari korban. Ini mengapa kami, para tetangga tidak begitu mau dekat dengannya. Temperamentalnya korban membuat para tetangga memanggilnya dengan julukan Getol alias gemuk tolol,” tambahnya lagi.
Meski ada tragedi berdarah di lingkungan rumah, Ketua RT Jalan Pendeta Wismar Saragih, Gang Masjid ini melihat kedua anak laki-laki Anto Pasaribu sejak kecil hingga dewasa anak-anak baik.
“Sering saya lihat kedua anak laki-lakinya membantu ibunya mengangkat jemuran. Suatu hal yang jarang dilakukan anak laki-laki,” ungkap Jangkit Saragih.
“Kalau mereka anak yang bandel, pasti sudah lari. Saya bukan membela pelaku. Akan tetapi, itulah yang saya lihat,” tambahnya lagi.
Editor: Ferry Sabsidi