PARBOABOA, Jakarta - Konflik antara Amerika Serikat (AS) dan Houthi menegang setelah AS melancarkan serangan baru terhadap kelompok Houthi.
Serangan yang dilakukan pada Selasa (16/1/2024) merupakan respons terhadap tindakan Houthi yang mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap sebuah kapal kargo di Laut Merah.
Serangan AS ini diarahkan pada empat rudal balistik anti-kapal yang sedang dipersiapkan oleh Houthi untuk diluncurkan.
Ini menandai eskalasi ketegangan di Laut Merah yang merupakan sebuah zona penting untuk perdagangan maritim global.
Dengan serangan AS ke Houthi, berupaya mencegah serangan lebih lanjut terhadap kapal-kapal komersial.
Dalam sepekan terakhir, ini adalah kali ketiga AS melancarkan serangan terhadap Houthi.
AS Serang Fasilitas Radar Milik Houthi
Sebelumnya pada Jumat (12/1/2024), AS telah melancarkan serangan terhadap fasilitas radar milik Houthi.
Serangan ini merupakan bagian dari upaya AS untuk mengurangi kemampuan Houthi dalam melancarkan serangan.
Melalui serangan tersebut, Presiden Joe Biden juga mengeluarkan ultimatum terhadap Houthi.
Ia menegaskan bahwa AS akan mengambil tindakan militer tambahan jika serangan drone terhadap kapal komersial di Laut Merah terus berlanjut.
Koalisi militer AS, bersama dengan Inggris, telah melaporkan serangan gabungan yang berhasil menghantam 60 target milisi Houthi di Yaman.
Serangan ini mencakup pusat komando dan kontrol, gudang amunisi, dan sistem radar pertahanan udara Houthi.
Sementara itu, Pejabat Houthi menyatakan bahwa serangan AS dan Inggris telah berdampak pada sejumlah situs penting di Yaman, termasuk Pangkalan Udara Al Dailami di Ibu Kota Sanaa, area Bandara Internasional Hodeidah, markas militer di Saada, dan beberapa lokasi lainnya.
Pada Kamis (11/1/2024), AS dan Inggris juga telah melancarkan rudalnya ke basis Houthi di Yaman.
Mereka mengeklaim serangan tersebut bertujuan untuk menghalau serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Sementara Houthi menyebut mereka tidak akan goyah dengan serangan tersebut.
Mereka masih menuntut penghentian kekerasan Israel di Palestina.
Editor: Atikah Nurul Ummah