PARBOABOA, Jakarta – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Irfan Setiaputra mengungkap, terdapat tiga alasan sulitnya menurunkan biaya penerbangan ibadah haji 2023 di bawah Rp32 juta per jemaah.
Pertama, harga avtur hari ini yang berada di kisaran 97 sen per liter. Menurutnya, Garuda sudah mengambil posisi 93 sen per liter karena memang asumsi yang dipakai adalah ada kemungkinan penurunan dari sisi avtur.
"Jadi asumsi yang kami pakai pertama adalah 93 cen per liter, jauh di bawah harga hari ini 97 cen," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VIII DPR RI, Selasa (14/2/2023).
Kedua, harga pesawat yang disepakati. Irfan mengatakan, sesuai kesepakatan Kementerian Agama (Kemenag) dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), harga pesawat yang disepakati menggunakan asumsi kurs Rp15.150 per dolar AS.
Ketiga, Garuda menggunakan harga sewa pesawat yang sama dengan 2019, dengan asumsi kondisi normal.
"Jadi mohon pengertian, kami memang akan hanya mengambil 2,5 persen margin, ada risiko di kami, tapi kami akan coba manage secara maksimal mengenai avtur, harga sewa pesawat, maupun exchange rate, sehingga bila diminta turun lagi, sudah Rp212.900, angka mana lagi pak?" ujar Irfan.
Awalnya, Kemenag mengusulkan biaya penerbangan haji Rp33,97 juta per jemaah. Namun, setelah berunding dengan Komisi VIII DPR RI dan sejumlah pihak terkait, usulan itu kembali turun meski hanya saja mentok di angka Rp32.743.992 juta per jemaah.
Garuda sebelumnya mengusulkan biaya penerbangan ibadah haji tahun ini sebesar Rp33,4 juta per jemaah. Angka tersebut meliputi biaya langsung dan tidak langsung.
Untuk biaya langsung terdapat harga BBM atau avtur sebesar Rp13,1, aircraft lease Rp12 juta, persiapan teknis operasi pesawat Rp812 ribu, liability insurance Rp7.000 ribu, extended operating hours Rp77 ribu.