PARBOABOA, Medan – Perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Medan yang akan dilaksanakan pada bulan November mendatang masih belum memastikan siapa saja yang akan bertarung.
Dari bursa pencalonan, ada empat nama yang diprediksi akan bertarung dalam Pilkada Kota Medan 2024. Namun, masih satu nama pasangan yang sudah jelas diusung dan dideklarasikan yaitu Rico Waas dan Zakiyudin dari partai Nasdem dan Gerindra.
Beredar santer empat nama tersebut adalah Rico Waas, Rahudman Harahap, Akhyar Nasution dan El Adrian Shah.
Pengamat Politik Sumatera Utara, Shohibul Anshor Siregar mengatakan jika ditilik dari aspek figuritas, jejaring dan budget semua nama-nama yang beredar itu sama-sama memiliki kelebihan dan kelemahan.
Akhyar Nasution dan Rahudman Harahap misalnya, ada pada posisi yang relatif sama. Keduanya sama-sama mantan Walikota Medan dalam periode yang berbeda.
Namun, jika dilihat dari jarak waktu, memori pemilih Kota Medan, terutama di kalangan millennial, kemungkinan besar akan lebih terhubung dengan Akhyar Nasution daripada Rahudman Harahap.
Sebagaimana halnya, Rico Waas, Akhyar Nasution, Rahudman Harahap dan El Adrian Shah adalah sama-sama calon legislatif (Caleg) yang gagal dalam pemilu 2024.
Hal itu menunjukkan kelemahan para figur ini dalam salah satu atau lebih aspek figuritas, jejaring dan budget.
“Atau paling tidak antara aspek figuritas, jejaring dan budget tidak berimbang,” ucap Shohibul Anshor Siregar kepada PARBOABOA, Selasa (30/07/2024).
Menurut Shohibul Anshor Siregar, seseorang dapat saja memiliki nilai figuritas yang tinggi (popularitas dan elektabilitas), namun jejaringnya tidak bekerja karena hanya berhenti pada gerakan-gerakan formal di permukaan yang tidak menukik pada grass root.
“Dalam kasus seperti ini, besaran budget tidak dapat menolong,” ucap Shohibul Anshor Siregar.
Oleh karena itu, peluang munculnya figur-figur lain yang memiliki keberimbangan ideal antara figuritas, jejaring dan budget masih sangat terbuka di Pilkada Kota Medan 2024 sebelum batas akhir penetapan calon oleh parpol atau gabungan parpol.
Sementara itu, Pengamat Politik Sumatera Utara lainnya yaitu Anwar Saragih memaparkan untuk Pilkada Kota Medan butuh 10 kursi untuk mengusung.
Beberapa partai politik yang berpeluang untuk mengusung calon adalah PDIP yang memiliki 9 kursi, tinggal menambah 1 kursi saja.
Kemudian PKS yang sudah memiliki 8 kursi. Di mana dalam hal ini PKS dan PDIP cukup menggandeng partai kecil untuk bisa mengusung calon Walikota Medan yang akan bertarung nantinya.
Sedangkan partai Nasdem dan Demokrat di beberapa daerah selalu mengikuti pilihan dari Gerindra.
Menurut Anwar Saragih, yang harus diperhatikan adalah apakah partai Golkar akan kembali berpisah dengan Gerindra. Pasalnya, jika wilayahnya tidak terlalu strategis, biasanya partai Golkar akan berpisah dengan partai Gerindra. Misalnya di Banten.
“Di Sumut karena menantu Jokowi aja nya itu, kalau nggak rata-rata dua partai ini pisah,” ujar Anwar Saragih.
Selain itu, dari empat nama yang beredar yang harus diperhatikan adalah siapa yang akan diusung oleh PKS. Pasalnya, PDIP dipastikan akan mengusung Rahudman Harahap yang sudah mengambil KTA (Kartu Tanda Anggota).
Sementara PKS belum mendeklarasikan atau memberi tanda siapa calon yang akan diusung. Mengingat basis pemilih PKS salah satunya adalah di Kota Medan.
Anwar Saragih mengaku belum membaca siapa yang akan diusung oleh PKS. Namun, dari banyak nama beberapa di antaranya seperti Abdurahim Siregar Sekretaris PKS Kota Medan, Muhammad Hafez Ketua PKS Sumut, Salman Alfarisi yang sebelumnya mendampingi Akhyar dalam Pilkada 2020 dan Tifatul Sembiring.
Dari empat nama yang beredar, Anwar Saragih mengaku tidak melihat ada peluang besar di Rico Waas dan El Adrian Shah. Pasalnya, kedua nama itu tidak memiliki tingkat popularitas yang mumpuni.
Sedangkan Rahudman dan calon dari PKS nantinya diprediksi akan memenangkan pertarungan di Pilkada Kota Medan.